Minggu ini mata kuliah Keterampilan Interpersonale adalah bersosialisasi di panti sosial di daerah Keputih ,Surabaya. Suatu hal yang awalnya bakal terjadi biasa-biasa saja menurut saya. Datang, ngobrol, ketawa, bermain, berkenalan dengan penghuni di sana, bernyanyi bersama, pemberian bingkisan dan pulang. begitulah kira-kira pandangan saya yang akan terjadi karena saya sebelumnya lumayan sering ke panti asuhan untuk memberikan sedekah dan sebagainya.
Dan ternyata hari itu berbeda.
Setelah perkenalan bersama ,ada kesempatan dimana kita bersosialisasi dengan penguhuni secara privat. Jadi, 1 penghuni 2 mahasiswa. Saya dan teman saya Dea dari Cilegon, mendapatkan ibu-ibu yang kurus sekali, duduk di dekat meja dengan muka penuh kesedihan. Yang membuat saya kaget, sewaktu kita akan memperkenalkan nama, beliau memegang tangan saya erat dan tiba-tiba menangis. Kita sempat panik dan berusaha menenangkan si ibu . Dan ketika kita bertanya kenapa si ibu menangis. Beliau menjawab "Saya pengen pulang..."
Dengan kekuranganya yang susah bicara, saya dapat menangkap bahwa ibu ini sangat sengsara hidupnya. Dengan mulut yang terbata-bata dan menggunakan bahasa jawa alus, saya bisa mengerti apa yang dia rasakan. Tetesan air matanya, tingkah lakunya yang sesekali memegang gelang di tangan kirinya yang aku tebak adalah gelang pemberian ibunya. Semua yang beliau ceritakan membuat saya berpikir masih ada orang yang di perlakukan seperti ini.
Dea pun tak tahan meneteskan air matanya..
aku berusaha tidak meperlihatkan kesedihanku, menenangkan si ibu yang terus menangis, dan tiap pertanyaan yang kita lontarkan. Jawabanya adalah sebuah kepedihan.
Ibu Lilik Sulijati, wanita rapuh yang hidupnya selalu di siksa oleh keluarganya. Bahkan beliau menunjukan beberapa luka yang ada di tubuhnya. Banyak bekas jahitan dan seperti bekas luka tusukan benda tajam. Pikiran saya kacau, dengan menggenggam tanganya dia terus bercerita.
Beliau di temukan 3 polisi sewaktu mengemis di Sedati. Sedati? Sedati adalah daerah di bagian kota Sidoarjo yang jaraknya lumayan jauh dari Keputih, Surabaya ini. Mengapa harus di tampung sejauh ini? apa tidak ada panti lain sekitar sedati yang paling tidak ada yang mengunjunginya. Beliau tak tahan di tempat ini, beliau di ejek-ejek oleh penghuni lain karena kekuranganya dan tidak di perlakukan dengan baik oleh orang-orang di panti ini.
Yang saya tangkap dari ceritanya adalah beliau pernah tinggal di Kalang Anyar. Seperti sebuah kota dimana dia sempat tinggal di sana dan di siksa. Tidak jelas siapa yang menyiksa, yang saya tangkap dia dijambak, di pukul dan ada seseorang mengutang uang padanya tetapi tidak mau mengembalikanya.
Ibu Lilik masih perawan ternyata. Di umur 30an ke atas dia belum mendapatkan jodoh. Kesengsaraan hidupnya merenggut wajah mudanya sehingga terlihat seperti umur 40an. Beliau beragama islam dan sholat, menginginkan sesorang suami. Seseorang yang bisa menjaganya agar tidak ada lagi penyiksaan batin maupun fisik.
1 jam sudah saya dan Dea mendengarkan kisah hidupnya. Dea yang tidak bisa menghentikan air matanya menenangkan si ibu dan bertanya dalam bahasa Indonesia, saya yang menejermahkanya. Walaupun terkadang apa yang beliau ucapkan saya tidak mengerti, tetapi saya tahu dari matanya dan cara berbicaranya bahwa ibu ini tidak bohong.
Ibu Lilik ingin pulang ke Sedati, bertemu dengan Ibunya yang sepertinya hanya Ibunya yang menyayanginya di bandingkan keluarga yang sering menyiksa beliau.
Ibu Lilik menginginkan sosok Suami, yang bisa mengeluarkan penderitaan ini dan mendatangkan kebahagiaan bagi beliau
Ibu Lilik ingin menabung agar bisa keluar dari panti ini.
Dengan terus mengelus punggungnya dalam hati saya terus berdoa, meminta kepada ALLAH agar wanita ini tegar menghadapi hidupnya dan ketiga permintaan utamanya terkabul.
Alhamdulliah saya dan Dea bisa menenagkan ibu lilik dan dapat tersenyum kembali sewaktu sesi menyanyi bersama dan pemberian bingkisan.
Refleksi di berikan oleh Pak Kholil. Banyak pelajaran yang saya dapatkan di panti ini walau hanya dengan mendengar kisah hidup dari Ibu Lilik, pelajaran yang paling dasar adalah masih banyak orang-orang seperti ini di luar sana dan saya.. saya dan Dea jika sukses nanti akan kembali ke sini mencari Bu lilik Bu lilik yang lainnya.
Sewaktu kita keluar ruangan sehabis berpamitan, dari kejauhan saya melihat ibu Lilik menangis lagi..
be strong bu Lilik, i wont forget this story..
when you cry , when you hold my hand
Sedih banget han postinganmu :"
BalasHapus